Sabtu, 07 Februari 2015

Masuk surga karena mampu menahan diri dari hasad

·        

Diriwayatkan dari Anas bin Malik dia berkata, “Ketika kami duduk-duduk bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, tiba-tiba beliau bersabda, ‘Akan datang seorang penghuni Surga.’ Kemudian datanglah seorang laki-laki dari Anshar sementara bekas air wudhu masih membasahi jenggotnya, sedangkan tangan kirinya menenteng sendalnya.
Esok harinya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda lagi, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang penghuni Surga.’ Kemudian muncul lelaki yang sama dengan kemarin.
Besok harinya lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallambersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang penghuni Surga’ kemudian datang orang yang sama dengan dua hari sebelumnya
Setelah itu Rasulullah bangkit dari tempat duduknya. Sementara Abdullah bin Amr bin Ash mengikuti lelaki tersebut, lalu ia berkata kepada lelaki tersebut, ‘Aku sedang punya masalah dengan orang tuaku, aku berjanji tidak akan pulang ke rumah selama tiga hari. Jika engkau mengijinkan, maka aku akan menginap di rumahmu untuk memenuhi sumpahku itu.’ Dia menjawab, ‘Silahkan!’
Anas berkata bahwa Amr bin Ash setelah menginap tiga hari tiga malam di rumah lelaki tersebut tidak pernah mendapatinya sedang qiyamul lail, hanya saja tiap kali terjaga dari tidurnya ia membaca dzikir dan takbir hingga menjelang subuh. Kemudian mengambil air wudhu. Abdullah juga mengatakan, ‘Saya tidak mendengar ia berbicara, kecuali yang baik.’
Setelah menginap tiga malam, saat hampir saja Abdullah menganggap remeh amalnya, ia berkata, ‘Wahai hamba Allah, sesungguhnya aku tidak sedang bermasalah dengan orang tuaku, hanya saja aku mendengar Rasulullah selama tiga hari berturut-turut beliau bersabda, ‘Akan lewat di hadapan kalian seorang penghuni Surga.’ Selesai beliau bersabda, ternyata yang muncul tiga kali berturut-turut itu adalah engkau.’ Dan saya menginap di rumahmu ini, untuk mengetahui amalan apa yang engkau lakukan, sehingga aku dapat mengikuti amalanmu. Sejujurnya aku tidak melihatmu mengerjakan amalan yang berpahala besar. Sebenarnya amalan apakah yang engkau kerjakan sehingga Rasulullah berkata demikian’ Kemudian lelaki Anshar itu menjawab, ‘Sebagaimana yang kamu lihat, aku tidak mengerjakan amalan apa-apa  (amalan sunnah), hanya saja aku tidak pernah mempunyai rasa iri (hasad) kepada sesama muslim atau hasad terhadap kenikmatan yang diberikan Allah kepadanya.’

Abdullah bin Amr berkata, ‘Rupanya itulah yang menyebabkan kamu mencapai derajat itu, sebuah amalan yang kami tidak mampu melakukannya’.”
(HR. Ahmad: 12286 dan di shohihkan oleh Syaikh al Albani)