Kamis, 28 April 2016

"MODAL MENDAPATKAN ILMU"



Oleh: Ransi Mardi al indragiri
Dalam hidup ini, segala sesuatunya memerlukan modal untuk dapat mencapai hasil yang maksimal. Begitu pula dengan menuntut ilmu, ada modal yang yang harus dimiliki bila ingin mendapatkan ilmu yang barokah lagi manfaat.
Dalam hal ini Imam Syafii (150-204 H) berkata, "Akhi, engkau tidak akan mendapatkan ilmu kecuali dengan enam perkara. Akan aku sampaikan kepadamu perinciannya.
1. Kecerdasan
2. Rakus (menuntut ilmu)
3. Kesungguhan
4. Kesederhanaan dalam hidup
5. Bersahabat dengan ustad
6. Lama masa belajarnya."
Biasanya poin yang ke-4, 5 dan 6 sering dilupakan dan disepelehkan.
Padahal siapa kita jika dibandingkan dengan Nabi dan para sahabatnya? Nabi adalah guru dari para sahabat, namun keseharian mereka sangat sederhana dan bersahabat serta menjadikan menuntut ilmu sebagai program seumur hidup.
(Al Hikmah fii ad Dakwah ila Allah. Said bin Ali bin Wahb al Qohthoni: 51)

KETIKA AL QUR'AN MENJADI MUSUH



oleh: Ransi Mardi al indragiri
Umumnya, kita hanya tahu bahwa Al Qur'an adalah pemberi syafaat atau bahasa lainnya adalah penolong.
Namun siapa sangka, Rasulullah mengabarkan bahwa selain menjadi penolong (pemberi syafaat), Al Qur'an juga bisa menjadi musuh. Hal ini bedasarkan Hadits yg diriwayatkan imam Muslim no. 223 atau no. 23 dalam 40 Hadits imam an Nawawi.
Kapan Al Qur'an menjadi musuh?
Di antara penyebab Al qur'an menjadi musuh adalah:
1. Menghindar dari mempelajari Al Qur'an (pen-cara membaca, cara memahami dan cara mengamalkan)
2. Ketika banyak membaca Al qur'an, namun tidak diamalkan isinya, maka dosanya bertambah.
(Al Waafi fii syarah al Arba'in an Nawawi. Dr. Mushthofa al Bugha dan Mihyudin mistu: 179 dan Syarah Shahih Muslim. Imam an nawawi: 3/87)

Kamis, 21 April 2016

"Hadits HASAN SHAHIH"


Oleh: Ransi Mardi al indragiri


Sering kali kita mendengar seorang da'i menyampaikan Hadits, dan diakhiri dengan mengatakan "hadits ini HASAN SHAHIH." 
Nah, tahukah anda apa itu hadits HASAN SHAHIH?
- Yang terkenal yang memberikan istilah Hadits HASAN SHAHIH di kalangan ulama Hadits adalah imam Thirmizi (209-275 H)
- Hadits HASAN SHAHIH maksudnya ada dua sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibnu Hajar al Atsqolani dan as Suyuthi;
1. Jika sebuah Hadits ada dua jalur periwayatan atau lebih, maka Hadits ini disebut HASAN SHAHIH bila derajatnya HASAN menurut satu riwayat dan SHAHIH menurut riwayat yang lain.
2. Jika sebuah Hadits hanya diriwayatkan dari satu jalur periwayatan, maka Hadits ini disebut HASAN SHAHIH bila HASAN menurut sebagian ulama Hadits dan SHAHIH menurut sebagian ulama Hadits yang lain.
Secara mudahnya, Hadits HASAN SHAHIH adalah Hadits yang diperselisihkan Ulama Hadits antara HASAN atau SHAHIH.
(Taisir Mushtholah al Hadits. DR. Mahmud at Thohhan: 40)

Kamis, 14 April 2016

Pendusta di Sekitar Kita



Pendusta di sekitar kita
oleh: Ransi Mardi al indragiri
Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam bersabda, “Cukuplah seseorang dianggap sebagai pendusat jika ia menceritakan seluruh apa yang didengarnya.” (HR. Muslim: 5 dan 6)
Syaikh Muhammad bin Shalih al Utsaimin menjelaskan, maksud Hadits ini adalah:
-          Orang yang dengan mudahnya menceritakan semua yang didengarnya tanpa menyeleksi atau mengklarifikasinya. Maka orang ini akan mudah terjerumus dalam kebonhongan.
-          Menyampaikan atau memahami ayat Al Qur’an tanpa merujuk ke tafsir Al Qur’an.
-          Menyampaikan Hadits Nabi Muhammad sallallaahu alaihi wasallam yang tidak jelas Shahih atau Dhaifnya.
-          Menyampaikan Hadits Nabi Muhammad sallallaahu alaihi wasallam tanpa merujuk ke syarahnya.
-          Berlagak puas dengan apa yang tidak diberikan kepadanya.

(Syarah Riyadhus Shalihin. Muhammad bin Shaleh al Utsaimin: 4/399-402)

Syaikh Abdul Qodir Jailani dalam bermajelis ilmu



Syaikh Abdul Qodir al Jailani, adalah seorang ulama yang terkenal dengan keluasan ilmunya dan ulama reformis, hingga ulama sekaliber as Sam’ani memberikan gelar ‘al Imam’, sedangkan Adz Dzahabi memberikan gelar Syekhul Islam. Beliau lahir pada tahun 470 H di Jailan, yaitu sebuah daerah terpencil di Thabaristan.[1] Beliau mengembara dalam mengikuti majelis para ulama sejak usia 18 tahun, perjalanan pertama beliau adalah ke Baghdad. Beliau menghabiskan 32 tahun untuk menimba ilmu di majelis-majelis para ulama hingga beliau menjadi seorang ‘alim dan menjadi rujukan. Selama menuntut ilmu beliau mengalami penderitaan dan kekurangan, namun hal itu tidak menghalangi beliau. Beliau juga pernah menceritakan betapa rasa lapar berhari-hari yang beliau rasakan selama menuntut ilmu, beliau pernah memungut sampah dari sayuran, Kharnub[2], dan kubis dari tepi sungai.
Setelah perjalanan panjang yang beliau lalui, beliau mulai mendirikan madrasah keilmuan dan majelis-majelis nasihat di tahun 520 H.[3] Disinilah banyak penuntut ilmu datang bermajelis kepada Syekh Abdul Qadir Jailani untuk menimba ilmu darinya. Dari majelis-majelis yang beliau bina ini pulalah kelak lahir generasi Shalahudin al Ayyubi, karena beliau menjalin kerjasama dengan madrasah yang didirikan oleh Imadudin az Zanki. Imadudin az Zanki adalah bapak dari Nurudi Mahmud, sedangkan Nurudin Mahmud adalah paman dari Shalahudin al Ayyubi. Beliau meninggal dunia pada tahun 561 H di usia ke 91 tahun, sebuah riwayat menyebutkan bahwa sebelum meninggal beliau mengalami sakit selama sehari semalam.

(Diambil dari buku BELAJAR DI MAJELIS ILMU. penulis Ransi Mardi al Indragiri)

[1]  Thabaristan adalah wilayah kuno yang kini berada di Iran.
[2]  Sejenis tumbuhan berduri dan padat seperti apel, namun rasanya pahit.
[3]  Ibid: 177