Ibadah puasa di
bulan Ramadhan memiliki kedudukan tersendiri di sisi Allah. Allah akan
memberikan pahala berlipat ganda sesuai dengan kualitas puasa yang dilakukan
oleh seorang hamba. Semakin baik puasanya, maka akan semakin banyak pula
ganjaran yang akan didapat dari Allah. Artinya, puasanya tidak hanya sekedar
menahan lapar dan dahaga.
Mungkin di
antara kita ada yang telah berulang kali menyelsesaikan Ramadhan. 10 kali, 20
kali, 30 kali atau bahkan 50kali. Namun berapa banyak di antara kita yang
dengan puasa Ramadhan, bertambah cinta dia kepada Allah, bertambah dekat dia
kepada Allah dan bertambah takut dia dari adzab Allah. Tentu kita tidak
menginginkan puasa Ramadhan kita berlalu sama dengan Ramadhan yang lalu-lalu.
Jika Ramadhan yang wajib saja berlalu tanpa makna, bagaimana dengan puasa sunnah
yang sedang kita coba.
Padahal Rasulullah
SAW bersabda, “Berapa banyak orang yang melakukan puasa tidak mendapatkan
apa-apa dari puasanya melainkan lapar dan dahaga”.[1]
Tentu ancaman ini berlaku untuk setiap umat Islam tanpa pengecualian. Maka,
menjadi penting bagi setiap umat Islam untuk mengetahui peneybab puasa yang
tidak bernilai di sisi Allah kecuali lapar dan dahaga saja.
Di antara
penyebab puasa tidak bernilai di sisi Allah melainkan lapar dan dahaga saja
adalah;
1.
Berpuasa
tanpa mengetahui hukum-hukum seputar puasa
Puasa seorang hamba akan maksimal nilainya di sisi Allah bilamana sesuai
dengan tuntutan yang Allah berikan. Namun puasa juga bisa tidak bernilai di
sisi Allah ketika mengabaikan tuntutan yang Allah berikan. Tuntutan-tuntutan
inilah yang disebut hukum puasa. Berilmu sebelum beramal adalah cara terbaik
agar maksimal hasil ibadah yang dikerjakan. Banyak cara mengetahui hukum-hukum
sekitar puasa, bisa dengan membaca buku, mendengarkan kajian atau bertanya
kepada ahlinya. Sebagaimana firman Allah, “Maka bertanyalah kamu kepada ahluz
dzikir jika kamu tidak mengetahui”.[2]
Sahabat Ibnu Abbas menafsirkan ahluz dzikir sebagai ulama, ahlul Qur’an
dan ahlul ilmu. Ulama tafsir juga menjadikan ayat ini sebagai dalil wajibnya
berilmu sebelum beramal. Insyaallah buku mini ini akan memberikan panduan
ringkas agar puasa penuh makna.
2.
Berpuasa
karena ikut-ikutan
Kewajiban puasa di bulan Ramadhan sudah umum diketahui masyarakat luas.
Ketenaran puasa di bulan Ramadhan kadang tidak jarang membuat banyak kaum
muslimin dan muslimah yang berpuasa karena ikut-ikutan. Tentu puasa tidak akan
bernilai di sisi Allah ketika dilakukan karena ikut-ikutan. Hal ini berdasarkan
sabda Nabi Muhamad SAW, “Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena keimanan
dan mengharapkan balasan dari Allah, maka akan diampuni dosanya yang telah lalu”.[3]
3.
Berpuasa
tapi meninggalkan shalat
Banyak kaum muslimin dan muslimah yang melakukan puasa dengan penuh
semangat. Ini bukanlah perkara yang dilarang. Namun tidak sedikit di antara
kaum muslimin dan muslimah yang semangat melakukan puasa Ramadhan tetapi gemar
meninggalkan shalat wajib (shalat lima waktu). Padahal Rasulullah memberikan
syarat agar puasanya tetap bernilai di sisi Allah, yaitu meninggalkan dosa-dosa
besar. Di antara dosa-dosa besar yang boiasa dilakukan kaum muslimin dan
muslimah adalah meninggalkan shlat. Rasulullah SAW bersabda, “Antara
Ramadhan ke Ramadhan adalah penghapus dosa apabila dosa-dosa besar dijauhi”.[4]
Selain itu, shalat juga merupakan tiang agama. Bilamana baik, kokoh dan
mantap tiangnya, maka bangunan yang berada di atasnya berupa atap juga akan
kokoh. Tidak mudah ambruk diterjang badai. Namun bilamana tiangnya kropos, maka
bangunan yang berada di atasnya akan mudah jatuh dan bangunan pun hancur.
Sebagaimana hadits Nabi Muhammad SAW, “Pokok segala perkara adalah Islam,
tiang-tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad”.[5]
Serta, shalat adalah amalan pertama yang nanti dihisab oleh Allah pada hari
kiamat. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya amalan yang paling pertama
yang akan dihisab atas seorang hamba dari amalan-amalannya adalah shalatnya.
Jika shalatnya baik, maka sungguh ia telah bahagia dan berhasil. Namun jika
shalatnya rusak, maka sungguh ia telah binasa dan merugi”.[6]
Seandainya amalan manusia tiu ada sepuluh, maka shalat ngantri di urutan
pertama. Puasa, haji, zakat, umrah, sedekah, baca Al Qur’an, dzikir, shalawat
dan lainnya ngantri di belakang shalat. Jik shalat sebagai pengantri pertama
baik, tidak ditinggalkan, maka peluang amalan lain yang ngantri di belakang
shalat lebih besar untuk menjadi baik pula. Namun jika shalat sebagai pengantri
pertama rusak, sering ditinggalkan, maka amalan-amalan lain yang ngantri di
belakang shalat kemungkinan besar juga akan ikut rusak. Tidak meninggalkan
shalat lima waktu adalah pilihan terbaik untuk menjadi penghuni surga-Nya
Allah.
4. Berpuasa tapi tidak menjaga lisan
Ketika puasa seringkali kaum muslimin dan muslimah menghabiskan waktu
ngerumpi bersama teman-temannya. Mungkin hanya sekedar iseng, coba-coba cari
pergaulan baru, ikut-ikutan dan mungkin memang sudah menjadi hobi. Kadang tanpa
sadar dalam pembicaraan yang begitu hangat terucap dan terbahas perkara-perkara
yang tidak seharusnya diucapkan.
Ada beberapa kejahatan lisan yang membuat puasa menjadi tidak bernilai di
sisi Allah. Di antaranya adalah;
1. Ghibah
Ghibah adalah membicarakan aib saudara yang benar adanya kepada orang lain.
Rasulullah SAW pernah ditanya tentang ghibah, maka beliau bersabda, “Engkau
menyebutkan tentang saudaramu dengan apa-apa yang dia benci”, lalu
bagaimana jika yang kita bicarakan tersebut memang benar-benar ada pada saudara
kita. Rasululla bersabda lagi, “Jika memang benar ada padanya apa yang
engkau katakan maka engkau telah meng-ghibahnya, dan apabila tidak ada padanya
maka engkau telah berdusta”.[7]
Bahkan di dalam Al Qur’an Allah menyamakan orang yang suka meng-ghibah
saudaranya dengan memakan daging bangkai saudaranya sendiri. Sebagaimana firman
Allah, “Janganlah kalian saling memata-matai dan jangan meng-ghibahi antara
satu dengan yang lain. Sukakah kalian memakan daging saudaranya tentu kalian
benci”.[8]
Imam al Ghazali menuturkan bahwa ghibah itu dimulai dari perbuatan yang
namanya buruk sangka (suu’uz zhon), setelah itu akan timbul yang namanya tajassus
(mencari-cari aib saudara) hingga ghibah pun menjadi tidak bisa untuk
dihindarkan. Masih menurut beliau, bahwa orang yang berghibah jika mempunyai
kebaikan, maka kebaikannya akan mengalir kepada orang yang dighibahi. Namun
jika tidak memiliki kebaikan, maka dosa-dosa orang yang dighibahi mengalir
kepada orang yang berghibah. Bagaimana dengan orang yang ketiga yang hanya
mendengar saja, kata beliau sama saja dosanya.
2. Fitnah
Fitnah adalah menceritakan aib saudara sendiri yang tidak benar adanya.
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW, “Engkau menyebutkan tentang saudaramu
dengan apa-apa yang dia benci”, lalu bagaimana jika yang kita bicarakan
tersebut memang benar-benar ada pada saudara kita. Rasululla bersabda lagi, “Jika
memang benar ada padanya apa yang engkau katakan maka engkau telah
meng-ghibahnya, dan apabila tidak ada padanya maka engkau telah berdusta”.[9]
3. Namimah
Namimah adalah mengadu domba antara dua orang atau lebih. Namimah
menimbulkan efek yang jauh lebih merusak, karena akan memutuskan tali ikatan
yang telah Allah ikat. Rasulullah mengancam para pelaku namimah, “Tidak akan
masuk sorga orang mengadu domba”.[10]
Lisan memang tidak bertulang, lebih tajam daripada pedang. Menjaga lisan
bukanlah perkara yang mudah, namun juga bukan perkara yang mustahil. Berapa
banyak Allah menjerumuskan orang-orang kedalam neraka lantaran karena lisan
yang tidak dijaga.
5.
Berpuasa tapi melakukan perbuatan yang
mengundang syahwat dan perbuatan yang
tidak ada manfaatnya
Melakukan perbuatan yang mengundang syahwat akan melalaikan kita dari
Allah, bahkan bisa menjerumuskan kita ke jurang neraka. Puasa yang berfungsi
sebagai ibadah dan benteng bagi seorang muslim dan muslimah dari perbuatan keji
harusnya mampu menghindarkan dirinya dari perbuatan dosa. Rasulullah SAW
bersabda, “Puasa adalah sebagai perisai dari
kemaksiatan serta dari neraka”.[11]
Ramadhan harusnya juga membuat kita tambah sadar akan apa-apa yang
bermanfaat bagi akhirat dan dunia kita. Karena Ramdhan yang digunakan untuk
malas-malasan akan benilai sia-sia.