Oleh: Azzam al Indragiri / Ransi mardi
Hari itu jam menunjukan pukul 12:00,
sudah 5 jam lamanya aku menunggu penerbangan dari Jakarta ke Pekanbaru, Riau. Aku
menunggu lama dikarenakan penerbangan transit dari solo – Jakarta – pekanbaru. Aku
mencoba membunuh kujenuhan dengan membaca apa yang kubawa, salah satunya Koran
dan buku hadits. Karena hanya itu yang aku bawa yang bisa dibaca di tasku.
Tetapi tetap saja tidak bisa, dikarenakan waktu transit penerbangan yang begitu
lama. Mau tidur juga keadaan tidak mendukung. Akhirnya aku memutuskan untuk
bertanya – Tanya kepada seorang ibu tua yang memang dialah yang duduk tidak
jauh dari tempat dudukku. Kami bercerita panjang - lebar hingga ibu itu tidak
henti – hentinya menangis dikarekan kesedihan yang begitu mendalam.” Anak saya yang
bungsu pergi dengan suami orang lain dan meninggalkan saya!” begitu kata ibu
itu sambil menangis. “ memang pergi kemana anak ibu?” ujarku. “ kalimantan,
karena suaminya kerja di kalimantan!” kata ibu itu lirih. “yang menambah
kesedihan ibu nak, ketika ibu berhasil menemuinya di Jakarta setelah 2 tahun
menghilang, dia bergegas kekalimantan bersama anaknya untuk pergi ketempat
suaminya dan meninggalkan ibu sendirian dibandara ini, padahal ibu belum pernah
sebelum ini naik pesawat”. “ lah, barang – barang ibu mana?” aku melanjutkan
pembicaraan. “ sudah dimasukkan kebagasi semuanya nak!” kata ibu itu sambil
menghela nafas. Ibu itu ingin pulang kelampung, dan dia telah menunggu
sekitar 7 jam sendirian di terminal 3B. Dan dia telah menghabiskan banyak uang
untuk mencari anaknya. Tetapi itu yang dia dapatkan. Memang sangat
memprihatinkan kondisi generasi muda kebanyakan hari ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar